Singa Betina
Dan dia. Meski dengan hanya membaca screenshoot percakapan kami yang telah lampau mampu membuatku tersenyum tolol seharian. Atau dengan perhatian sopannya yang membuat aku tertegun. Bukan. Bukan perhatian sopan. Mungkin karena memang dia benar - benar peduli. Mungkin. Karena ini aku yang hanya bisa selalu hanya menerka tanpa kepastian. Tidak. Aku tidak bisa membiarkan dia kembali membawaku. Aku yang akan membawa dia. Dulu aku pernah melakukannya dan aku bisa. Bersabar itu yang penting jangan biarkan kata - kata "Iya aku hanya wanita dengan penantian tak berujung." mampu mengikis keyakinanku. Dan lagi. Layaknya seekor singa betina yang sedang ngincar buruannya. Aku menunggu, dan siap menerjang saat waktunya benar - benar tepat. "Tunggu saja" aku membatin.