Live 3
Gadis itu duduk di depan tv yang menyala dengan tatapan kosong. Pikirannya menjelajah dunia ntah bagian mana. Dalam kepalanya ia rasakan pening, seolah-olah ia berada di tengah pengadilan dengan dia sebagai terdakwa dan orang-orang yang meneriaki memaki keras menghujam telinganya. Gadis itu mencoba menenangkan diri, mengobati hatinya seraya berkata "semua belum terlambat. Aku harus membereskannya satu-satu. Dimulai dari prioritas terpenting". Berhari-hari ia termenung. Terus berdebat dengan harga diri dalam batinnya. Dunia serasa tak dipihaknya sekarang. Apa mau dibuat? Semua dia yang buat. Dengan perasaan hancur akhirnya air mata itu meleleh. Dia menyesal telah menyakiti hati seorang yang paling dia cintai di dunia ini. Suara lembut itu terngiang lagi dalam benaknya " wuk, ibu itu lautan maaf, lautan doa untuk anak-anaknya. Ngga ada ibu yang benci anaknya sendiri." Hatinya sedikit tenang mendengar kata-kata menyejukan itu. Namun ketika ia mengingat lagi kata-k...